Do something!
cast: Vidi Aldiano & Ariana Grande
Hujan..
Satu kata tentang kamu. Karna kamu seperti hujan, datang tiba-tiba tanpa
kompromi dan pergi tanpa komitmen. Aku ingat saat pertama kali kita bertemu, di taman
kampus. Aku memakimu karna kamu menabrakku dan menjatuhkan tugasku, sehingga
tugas-tugasku jatuh dan hancur. *flashback*
“Lo
tau gak ini baju, semuanyaa gue bikin dalam waktu yang gak sebentar! Seenaknya
minta maaf, emang minta maaf bisa ngubah semuanya? Do something!” aku memakinya, entah siapa.
“Sorry! Gue tau, gak usah pake
bentak-bentak gue. Ini kecelakaan, mana gue tau kalo bakal nabrak lo? Kalo gue
tau juga gue milih kali, gak akan gue mau tabrakan sama cewek culun kayak lo!”
Dia
menghinaku. Aku memang culun, tapi setidaknya aku pintar.
“Eh!”
Aku mendorong bahunya hingga dia hampir jatuh. “Ikhlas gak sih lo minta maaf? Gak
usah pake ngehina gue!” aku mengambil beberapa buku yang sudah basah kuyup di
lantai dan pergi meninggalkan cowok-kurang ajar-itu. *flashback end*
Setelah
kejadian itu, aku ingat, sepertinya kamu menyesal. Kamu selalu mencari alasan
untuk bertemuku, dari masuk mata kuliah fashion
designer. Padahal aku tahu, dia tidak mengambil mata kuliah tambahan ini. Dia
selalu minta maaf dengan berbagai macam alasannya, aku tidak pernah
menghiraukannya, karna aku benci orang yang sudah menghinaku itu. Aku bertekad
untuk tidak memaafkannya hingga dia benar-benar do something, untuk memperbaiki
semuanya. Percuma kalau hanya minta maaf tanpa bertindak. Setidaknya harus ada
semacam perbuatan, tidak untuk merubah, hanya untuk perbaiki saja cukup.
Perlahan
aku sadar, kamu sudah melakukannya, do something..
Kamu melakukan berbagai macam cara to fix
semuanya. Kamu mengirimku cup cake
kesukaanku tiap pagi, memberiku beberapa surat, menjadi partnerku di kelas
ketika semua orang memang tidak pernah ingin menjadi teman sekelompokku. Hatiku
mulai luluh dengan perlakuan-perlakuan manismu. Bahkan mungkin aku sudah jatuh
hati. Lambat laun wajahmu selalu terlintas dipikiranku. Bintang seperti
membentuk namamu, hingga karya-karyaku selalu terinspirasi dari kamu. Kamu adalah
insipirasiku saat semuanya buntu, saat aku bingung harus bagaimana. *flashback*
Hari
ini aku sudah siap dengan dandananku yang tidak biasa. Bahkan aku memakai lipstick dan wedges untuk hari ini. Aku rasa hari ini spesial bagiku, makanya
aku harus tampil cantik. Rambutku yang biasanya terikat gaya kuncir kuda, kali
ini aku ikat setengah saja dan aku curly di
bagian bawahnya. Raffi bilang, aku harus menunggunya di taman hari ini. Taman dimana
kita bertemu, di kampus. Sudah dua jam aku menunggu, bahkan kampus sudah mau
ditutup. Mahasiswa kelas malam satu persatu meninggalkan setiap sisi kampus
ini. Sepi. Hembusan angin malam menusukku, petir sudah mulai terdengar, akan turun hujan.
“Neng,
mau hujan. Kampus juga mau ditutup. Enggak pulang?” teriak satpam kampus di
ujung koridor. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan mengangkat jempolku. Beberapa
menit kemudian, rintik demi rintik air turun dari langit, mula-mula membasahi
rambut cokelatku, lalu baju hingga sepatu cantikku. Aku sudah basah kuyup.
“HAHAHA.
Bodoh!” Aku berteriak sambil tertawa. Tak kuasa aku meneteskan bendungan air
yang sudah ada sejak tadi. Tetes demi tetes berjatuhan bersama tetesan air dari
langit.
“Neng
neduh neng, hujan. Mau sampai kapan disitu? Kampusnya mau saya tutup.” Teriakan
satpam entah dari mana lagi-lagi terdengar. *flashback
end*
Sejak
saat itu, aku mulai benci hujan. Hujan mengawali kebahagianku, juga
mengakhirinya. Hujan mempertemukan aku dan kamu, juga memisahkannya. Aku dan
kamu, tidak akan menjadi kita. Kamu adalah hal terindah yang aku punya saat
itu, bahkan aku rela memakai wedges
yang membuat kakiku lecet pada hari itu. Aku pikir, kamu menyukaiku. Tapi ternyata
aku salah, salah besar. Usaha-usahamu untuk mendekatiku saat itu, semata-mata hanya
untuk mendapatkan maaf dariku, tidak lebih. Bodohnya aku malah kepedean dan
mengharapkan sesuatu yang lebih. Hari itu, hari dimana aku menunggumu, mengapa
aku terlalu bodoh dan berpikir bahwa kamu akan menyatakan perasaanmu kepadaku? Mengapa
aku terlalu bodoh karna berpikir setelah hari itu kamu dan aku akan menjadi
kita?
Sudah
setahun aku tak mendengar kabarmu, sejak hari itu. Aku memang benci hujan,
walau hanya gerimis, seperti sore ini. Tapi setidaknya, akan ada pelangi setelah
hujan turun. Akan ada warna-warni di langit, setelah air membasahi bumi. Akan ada
kebahagiaan, setelah kesedihan. Aku berjalan keluar dari café dan memandang
langit yang indah dengan lengkungan pelangi disana.
“Alyssa..”
Suara yang tidak asing terdengar dari belakangku, aku menolehkan pandanganku,
benar ada pelangi setelah hujan datang..
Komentar
Posting Komentar