express with flowers (ungakapkanlah dengan bunga)

Say it with flowers, itulah ungkapan yang sering aku dengar untuk mengungkapkan sesuatu pada seseorang.Bungalah yang selalu mewakili perasaan kita terhadap seseorang yang kita kasihi dan membuatnya sangat berarti dalam hidup kita. Kalau dipikir-pikir , kehidupan yang ada di dunia ini tidak berwarna kalau seandainya tidak diwarnai dengan bunga-bunga yang indah. Akupun sangat menyukai berbagai macam bunga. Dari bunga anggrek,tulip, mawar, melati, aster, dan anyelir. Yang paling aku suka dari yang lain adalah tulip , karena tulip menandakan pernyataan cinta. So sweet…
“Chaca, gue tuh nggak suka bunga tau.Kenapa sih lo suka banget sama bunga?? Emang apa bagusnya sih??” kata windy ketika aku meminta dia untuk mengantarkanku ke toko bunga di seberang sekolah. Tidak tau kenapa Windy tidak terlalu suka bunga. “gue seneng aja kalau liat bunga. Kayaknya enak aja gitu diliatnya. Bunga itu banyak maknanya tau. Makanya sekali-kali liat di internet lo cari makna bunga. Pasti ada dehh .” ujarku sedikit geram.ya, memang Toko bunga di seberang sekolah itu sangat indah. “ihh, males ah . ngapain ke warnet Cuma buat nyari begituan. Mendingan gue facebookan . ya nggak ya nggak???” jawab Windy sok tau. “tapi anterin gue pliss, stok bunga di kamar gue abiss . ya ya ya .. “ ujarku meminta. “iya deh gue temenin. Tapi ini yang terakhir gue nemenin lo, oke oke .” “iya deh . lo emang sahabat gue yang paling baik.” Ujarku sambil menarik tangannya ke toko itu yang seakan-akan menyapaku dan mengajakku kesana. “hai din.. hari ini stoknya apa aja?” ujarku menyapa penjaga toko itu. Aku mengenalnya karena toko itu tempat favoritku sejak aku kelas 1 SMA , dan sekarang aku sudah kelas 3 SMA. “hari ini ada sunflower, rose, lily, krisan, daisy. Dan bunga kesukaanmu Tulip warnanya pink,” jawab dinda gesit. “ya udah aku minta lima tangkai Tulipnya ya din.” Pintaku “iya aku siapin buat kamu.”
Sesampainya di rumah aku langsung menaruh tangkai-tangkai bunga tulip yang tadi aku beli ke dalam vas bunga yang sudah berisi air. “Chaca , mandi dulu sana , kamu juga perlu dirawat bukan Cuma bunga doang yang perlu dirawat.” Bunda mengagetkanku yang sekarang sudah di samping ranjangku.” Iya, bunda sebentar lagi ya.”
jawabku gugup.”cepetan , udah bau tuh bajumu.” Kata bunda sambil berlalu meninggalkan kamarku. Akupun bergegas mandi. Seusai mandi dan berpakaian aku langsung mengambil handphone qwerty yang ada di atas meja belajarku. Rupanya ada dua sms. “sms dari siapa nih.” Gumamku. Satu sms dari cinta teman sebangkuku dia mengundangku untuk datang di acara ulang tahunnya. Dan yang satunya lagi dari fachri “hai lgi ngpain?” “lah ngapain dia sms gue kaya gini? Tumben banget sih?” . “tumben banget lu sms gue? Haha.” Akupun membalas sms itu.
Keesokan harinya di sekolah. “heii.” Windy menepuk pundakku lumayang kencang “aww .” aku meringis kesakitan. “gitu aja sakit.” “sakitlah , kan tangan lo tangan kuli. Hahaha.” “dasar lo. Ya udah ke kelas yuk.” “yuk” . kamipun bergegas ke kelas. Di kelas, aku melihat di mejaku ada sekuntum bunga Akasia. Aku tahu arti dari bunga ini, ya aku sudah belajar arti bunga-bunga sejak kecil. Bunga akasia itu artinya “cinta yang terpendam. Siapa yang diam-diam mencintaiku? Apakah aku mengenalinya. “ciee,,” suara itu membangunkanku dari lamunanku. Iya itu suara teman-temanku yang dari tadi memperhatikanku sejak tadi aku memegang bunga Akasia itu. “apaan sih kalian . sotoy dehh .” kataku. “ada pengagum rahasia nih kayanya. Cie.” Windy meledek. “apaan sih win, Cuma bunga aja , lebay lo.” “gue nggak lebay cha, itu kenyataan akasia itu kan artinya kagum ya?” “haha, sok tau sih lo, bukan tau.” “ masa sih salah? Nggak ah, waktu di smp gue pernah dikasih tau tuh sama guru gue.” “ it’s wrong beiby.” “not wrong.” “wrong” aku dan windy sempat berdebat sebentar tapi dengan candaan.
Di pelajaran pak Gani aku tidak konsen. Di kepalaku selalu terbayang , siapa gerangan yang memberiku bunga akasia tadi? “cha gue baru inget kalo bunga akasia itu artinya cinta yang terpendam. Iya kan cha ?” kata Windy lagi-lagi mengagetkan. “iya.” Jawabku singkat. “iya doang ? cha berarti ada yang suka tuh ama lo , tapi dia nggak berani ngungkapinnya.” “iya berisik, bahasnya jangan sekarang………” “chacha windy ini peringatan pertama, kalau kalian mau ngobrol di luar.” belum selesai aku melanjutkan ucapanku pak Gani sudah menegurku dan Windy. “i..i..iya pak ..” jawabku dan Windy hampir serempak. “TENG TENG TENG.” Suara bel istirahat berbunyi. “syukurlah, udah bel. Jadi kita nggak tambah diomelin, lu sih win.” “lah kok gue ? ke kantin aja yuk , cacing diperut gue udah pada demo nih. “Lapar saya” kata cacing-cacing di perut gue.” “haha, lucu lu, yuk.” Kataku sambil menarik tangan Windy. “makan bakso yukk cha ..” “ya udah . tapi lo yang mesen yahh .. hehe .” “iya deh, dasar lo cha maunya dipesenin aja.” “iya deh besok gue yang mesen, sekarang gue nungguin lo di sini aja ya.” Kataku sambil duduk di meja dan kursi kantin dekat taman, itu tempat favorit kami kalau kami ke kantin. Beberapa saat kemudian Windy datang membawa dua mangkuk bakso special. Nyam-nyam keliahatannya enak. “nih, lo yang nggak ada seledrinya . nah yang ini buat gue yang ada seledrinya.” “hapal amat dah lo, hihi. Thanks ya win.” “iya itu gunanya sahabat. Tau kekurangan dan kelebihan masing-masing dan ….” “iya iya iyaa, ya udah makan aja deh,.” Aku langsung menyambar karna aku tau Windy akan terus-terusan ngomong, dia emang kebiasaan dari kelas satu. Dan kebetulan kami sekelas dari kelas 1 “udah yuk ke kelas, udah nih gue.” Kataku “iya ntar dulu tinggal satu bakso belum gue makan.” “cepetan.” “iya iya.”
Hari jumat pagi-pagi sekali aku datang karena hari itu aku piket kelas, di sekolah masih sepi sekali, dan Aku melihat ada anak laki-laki berbadan tinggi, dia tidak terlalu putih tapi manis memasuki kelasku tetapi sepertinya dia bukan anak kelas 3.a . “dia itu kan fahri. Ngapain dia ke kelasku mengendap-ngendap kaya maling aja deh.” Ujarku berbisik. Akupun mengintipinya, tampaknya dia menaruh sesuatu di meja, dan itu mejaku. “eh, ngapain lo.” Windy mengagetkan. “sstt, jgn berisik.” “apaan sih, ohh, lho kok…?” kata windy sambil melihat ke dalam kelas. “iya makanya gue ngintip, tuh mencurigakan.” “jadi fahri yang suka naruh bunga-bungaan tiga hari ini.?” “sstt , udah jangan banyak ngomong. Dia kayaknya mau keluar tuh, ngumpet yuk.” Kataku sambil menarik tangan Windy. Fahri keluar dari kelasku. “fahri udah jauh tuh cha, masuk yuk .” “yuk.” Dikelas aku melihat bunga peony (rasa malu), mawar (cinta) dan tulip (sebuah pernyataan cinta). Ya Tuhan , dia menyukaiku. Dia yang memberiku bunga selama ini.
Di kantin seperti biasa aku dan Windy duduk di kursi kantin dekat taman, tampaknya ada sesosok makhluk mendekat. “hai cha win, udah lama ?” dia menyapaku dan duduk di depanku. “hah? nggak kok baru aja mau makan.” Jawabku kaget , karena aku nggak tahu kalu fahri mau ngomong sama aku. “mau gabung? Duh yang sekarang udah masuk kelas unggulan” kata Windy. “oh iya pengen ngobrol-ngobrol aja. Biasa aja kok, suasananya sama aja.” Ujar fahri, dia emang masuk kelas unggulan di kelas tiga ini, waktu itu aku dan Windy memang pernah sekelas waktu duduk di kelas satu. “apa kabar kalian ? gimana nggak sekelas sama gue pasti nggak enak ya? Haha.” Kata fahri “ ih pede amat lo, hihihi,” kataku. “iya pede amat ya si fahri. Iya deh nggak enak jadi kalo ulangan harian gue nggak bisa nyontek sama lo. Hehe.” Kata Windy. Setelah sekian lama kami ngobrol waktu istirahat sudah habis. Ketika aku keluar kelas sepulang sekolah fahri menarik tanganku. “cha, pulang bareng yuk.” “tapi gue pulang bareng Windy, gue mau ke toko bunga seberang sekolah.” “ya udah lo pulang bareng fahri aja, gue nggak apa-apa, lagi juga kan lo bilang nggak mau ajak gue ke toko bunga lagi soalnya gue nggak suka bunga.” Kata Windy tiba-tiba datang. “iya gue anter deh cha, nggak apa-apa kan temen lo gue pinjem dulu Win?” kata fahri sedikit memaksa. “iya deh.” Kataku . “ya udah yuk , maaf ya Win.” Ujar fahri memasang wajah senang. Fahri pun mengantarkanku ke toko bunga yang ada di seberang sekolah itu. “hai din, aku lagi pengen Gerbera merah deh.”kataku menyapa Dinda “bunga Gerbera merahhh …. Bentar-bentar, yah lagi nggak ada cha, mending kamu ambil sunflower aja lagi bagus nih.” “ehm, ya udah aku ambil tiga tangkai ya.” “siip, oh iya din yang di sebelah kamu itu siapa Din?” Ujar Dinda sambil sambil senyum-senyum. “oh , bukan dia temen aku din. Namanya Fahri.” “FAHRI.” Kata fahri sambil menjulurkan tangannya “DINDA.”kata dinda. Setelah itu Fahri langsung pergi melihat-lihat bunga di situ. Entah dia suka bunga atau apa. Tapi dari tadi dia menanyakan arti dari bunga-bunga pada Dinda. “Din buat kamu nih.” Kata fahri menjulurkan setangkai bunga Mawar merah, aku tahu arti mawar merah adalah aku cinta padamu . Apakah berarti dia menembakku dengan kata lain dia ingin aku menjadi kekasihnya. “DINN..?” kata fahri mengejutkanku. “ ya? “ “lo mau jadi cewe gue?” ya Tuhan bagaimana aku menjawabnya. Kenapa tiba-tiba begini? “mmm, gue belum bisa jawab sekarang Fahri, gue butuh waktu.” “iya terserah lo, gue nggak maksa.” Katanya dengan wajah yang manis. “seminggu lagi ya Fahri.” “ya udah, sekarang kita pulang yuk.”ajaknya. “yuk, Dinda aku pulang dulu ya.” “iya , jaga temen aku ya Fahri. Haha.”kata dinda sedikit meledek. “iya din, gue jaga. Haha.”
“ya ampun gue lupa udah seminggu nih.” Kataku sambil memukul kepala “kenapa cha?” Tanya Windy “yang kemaren gue cerita itu Win.” “oh yang itu, terima aja cha, dia kan baik, pinter, manis pula. Hhihi.” “ehmm, iya entar gampang.” Kataku sambil memasukan tangan di kolong meja. “kali aja ada bunga.” Gumamku. Benar, di kolongku ada bunga anyelir merah artinya dia menginginkanku. “ada apa lagi tuh di kolong lo?” Tanya windy penasaran. “mau tau aja .” kataku. Sepulang sekolah, aku keluar dari kelas. Di gerbang sekolah. “Chacha.” Fahri memanggilku, ya ampun aku harus bagaimana? “iyaa.” Kataku sambil melambaikan tangan. Fahri mendekatiku dan menarik tanganku. “ngapain sih?” kataku “ikut aja deh.” Dia membawaku ke belakang sekolah, di situ ada lapangan yang tidak terpakai. Tetapi lapangan itu berubah menjadi taman yang indah. Banyak bunga-bunga yang indah. Dan ada satu meja dan dua buah kursi, di mejanya ada sebuah lilin dan vas berisi bunga. “wow.” Kataku kagum. “gue nggak nyangka lo romantis juga ya.” Kataku, dan fahri hanya menjawab dengan senyuman. Dia memberiku setangkai mawar pink “ini buat lo cha, percaya deh sama gue , gue bakalan nggak bakal bikin lo sedih. Lo mau kan jadi pacar gue?” kata Fahri “ iya, gue mau.” Tidak tahu mengapa aku mengeluarkan kata iya. “serius cha? Makasih ya cha, ini buat lo gue kasih lagi buat tanda makasih gue karma lo udah nerima gue.” Katanya sambil menjulurkan setangkai bunga mawar pink lagi. Akupun membalasnya dengan senyuman.
Keesokan harinya di sekolah, “chacha. Pagi banget sih?” sapa fahri “iya,haha.” “aku belum sempet naruh bunga di kolong meja kamu.” “apaan sih. Mulai gombalnya.” Kataku sambil mencubit perutnya. “aw, sakit tau. Ini buat kamu cha. Bunga Tulip pink kesukaan kamu.” Katanya tersenyum. “bagus, makasih ya.” Kataku sambil membalas senyumnya. “aku ke kelas duluan ya cha.” “iya deh, dadah .” “dah.” Katanya sambil pergi menjauh. “ Hayoo, ketauan.” Entah dari mana tiba-tiba Windy muncul. “ apaan Win ?” “jangan sok nggak tau deh, lo udah jadian kan sama Fahri. Woo nggak cerita.” Kata Windy dengan tampang agak kesal. “ iya deh sorry.” Kataku senyum-senyum . “iya gue maafin.” “tau nggak kemaren dia so sweet banget… bla bla bla.” Aku dan Windy langsung ke kelas sambil menceritakan kejadian kemarin. “aku bahagia sekali.” Gumamku dalam hati, tersenyum sendiri.

the end .........

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAJAK or HACKED or HCKD or...

Demi Lovato's Style

Magang di iNews TV | Curhatan anak magang #1