LOVE & LIFE




"Mamah..." Kataku dengan nada pelan dan lesu. "Iya sayang.. Alhamdulillah Tuhaan kamu bangun sayang. Dokteeeer anak saya bangun doook" Mamah terlihat sangat senang. Ada apa ini? Aku kenapa? Kenapa aku ada di ruangan ini? Ruangan putih dan bau obat-obatan. "Mah ke..na..pa?" Tanyaku terbata-bata "Mamah senang kamu bangun sayang" "tapi mah..." Tanyaku akhirnya terputus karena dokter masuk ke dalam ruangan ini "Ada apa bu? Apa semua baik-baik saja?" Tanya dokter itu "Baik dok! Sangat baik. Lihatlah.." Jawab mamah dan menunjukku, ada apa ini. Aku tidak ingat apa-apa sama sekali. "Syukurlah bu! Akhirnya Raisa bangun juga " "Berkat anda dok. Terimakasih" "Bukan bu. Ini semua berkat Allah, saya hanya perantara-Nya" "Iya dok, terimakasih atas kerjasamanya selama ini" Dokter mendekatiku dengan wajah cerah "Bagaimana Raisa? Ada keluhan? Pusing tidak?" tanya dokter "Enggak dok. Aku engga kenapa-kenapa makasih, tapi kok aku begini dok?kepalaku juga kenapa diperban begini?terus kaki kananku kemana dok?" Tanyaku sambil meneteskan air mata "Raisa.. Kamu mengalami koma setelah kecelakaan itu. Kamu tidak ingat?" "Kecelakaan apa dok?aku tidak ingat. Aaa.. Sakit,kepalaku.." Keluhku saat mencoba mengingat semuanya, namun aku benar-benar tidak ingat. "Dok. Bagaimana ini. Raisa dok" Mamah sangat cemas "Sudah Raisa jangan terlalu memaksakan. Kamu belum terlalu pulih. Tidak apa bu, ini hal biasa. Raisa akan segera pulih dalam beberapa hari" Dokter mencoba menenangkan kami.

<3>

Sudah dua hari-tepatnya sejak aku pulih dan membuka mataku-aku dirawat di Rumah Sakit ini, bosan sekali rasanya selalu berbaring didalam ruanganku. Aku memutuskan untuk keluar, ke taman untuk menghirup udara segar. Kaki kananku benar-benar hilang, maksudku di amputasi dan kepalaku masih ada balutan perban. Aku menyuruh seorang suster untuk membantuku duduk diatas kursi roda. "Biar saya antar" tanya suster itu "Tidak usah sus, saya bisa sendiri. Taman ke arah mana?" "Benar tidak apa? Oh kesana" "Iya enggak apa-apa kok sus,nih lihat tanganku masih berguna dengan benar. Terimakasih ya" "Yaudah kalau ada apa-apa panggil saya ya" "Iya sus makasih" akupun langsung menuju taman. Aku kesana membawa boneka barbieku, aku memang biasa membawa boneka itu kemana-mana, itu pemberian papah ketika aku berusia sepuluh tahun, dan sekarang aku sudah delapan belas tahun.
Taman ini sepi, hanya ada beberapa orang saja. Aku menghentikan kursi rodaku di dekat air mancur. Aku sendirian didekat air mancur itu, hingga kudengar ada suara kaki melangkah ke hadapanku. "Hai. Boleh kenalan?" Tanya seorang anak laki-laki yang sepertinya sebaya denganku "Kamu siapa?" Tanyaku heran "Aku Nathan. Kamu?" Jawabnya dengan senyum polosnya dan mengulurkan tangannya "Aku Raisa." "Oh Raisa. Senang bertemu kamu" "Kamu ngapain disini?" "Aku lihat kamu dari kursi dekat pohon itu, kamu sendirian dan terlihat pucat." "Terus?" "Jadi aku mutusin untuk kesini. Dan satu lagi alasanku untuk kesini.." "Apa?" "Karna kamu cantik.." "Haha kamu bisa aja" "Bisadong hehe eh kamu ngapain sendirian disini?" "Gapapa, aku cuma mau hirup udara segar aja. Suntuk di dalam terus. Kamu ngapain disini juga?" "Adikku sakit dia dirawat disini, dia sedang tidur, makanya aku tinggal" "Oh oke" "Kamu suka air mancur itu?" "Iya sangat suka. Aku sangat suka melihat air mancur, aku ingat ketika papahku mengajakku ke suatu tempat melihat pesta air mancur. Saat itu aku masih lima belas, aku selalu bahagia melihat air mancur. Air mancur ini seperti tidak ada beban, mereka selalu melompat sesuka hati mereka." "Beban? Memangnya bebanmu apa?" "Bebanku? See? Kakiku.." "Memangnya kakimu kenapa Raisa?" "Kata mamah aku abis koma karna sebuah kecelakaan beruntun, dan aku kehilangan sebelah kakiku.." "Lalu?" "Lalu katamu? Hidupku bagaikan beban untuk mamahku. Aku hanya bisa buat dia sedih dan menderita, bayangkan nanti ketika kami pulang dari rumah sakit? Aku hanya bisa menambah bebannya" "Raisa.. Jangan pernah berfikir seperti itu, lihat kamu cantik dan setidaknya kamu punya orang-orang yang sayang sama kamu. Buat mereka, kamu itu 'kebahagiaan' untuk mereka. Buat mamah kamu, kamu adalah 'anugerah terindah' yang Tuhan kasih buat dia. Jadi.. Jangan pernah kamu berfikir seperti itu.." "Tapi, aku hanya beban.. Beban untuk mereka" bendungan airmata yang daritadi kutahan akhirnya jatuh dengan derasnya "Eh kamu kok nangis. Jangan nangis! Kamu harus kuat Raisa. Kamu harus seperti air mancur itu, lihat deh mereka selalu melompat-lompat sesuka hati mereka tanpa beban." "Aku gak tau apa aku bisa.." "Kamu harus bisa Raisa, udah jangan nangis, nanti matamu bengkak" Nathan menghapus airmata yang sedari tadi mengalir dengan derasnya. "Makasih ya Nathan." Kataku yang masih lemas "Anytime! Jangan pernah kamu anggap diri kamu seperti beban lagi oke? Kamu hebat, kamu kuat! Itu yang harus selalu kamu tanamkan di diri kamu, dan hati kamu. Ya?" "Iya Nathan" "Kalau kamu butuh aku telfon ajaya,ini nomorku" "iya Nathan" "Yaudah kamarmu dimana? Mau aku antar?" "Oh ga usah. Aku bisa sendiri" "Udah gapapa. Kamarmu dimana?" Nathan sudah ada dibelakangku dan mendorong kursi rodaku sehingga aku tidak bisa menolaknya. "Kamu suka barbie?" Tanyanya "Iya aku suka banget barbie, aku suka filmnya hehe" "Pantes" "Pantes apa?" "Ini, kamu bawa-bawa" "Iyadong,ini dari papahku" "Oh, papahmu disini?" "Papahku sudah tidak ada" "Seriously?maaf Rai" "Gak apa-apa kok Nathan. Kamarku disana" "Oke. Maaf ya Rai" "Iya, gapapa" Nathan pun mengantarku sampai ruangan.

<3>

Sudah lima hari aku di rumah sakit ini, rupanya aku belum boleh pulang oleh dokter. Lelah sekali harus selalu di ruangan ini, aku ingin pulang. Aku rindu rumah, aku rindu teman-temanku. Aku rindu kamarku. "Tok tok.." Suara ketukan pintu terdengar, "Ya masuk" kataku "Hallo!" "Hai! Aku kira siapa Naat" "Hehe, kok heran? Biasanya juga aku kesini jam segini" "Oh iya juga ya Nat" ternyata Nathan, kami memang sudah cukup dekat sejak di taman waktu itu. Nathan suka ke kamarku sejak itu. "Adikmu belum pulang juga?" Tanyaku "Belum, dia masih sakit" "Oh gitu. Kamu mau antar aku ke taman? Aku bosan" "Mau doong. Yukk" Nathan mengantarku, seperti biasa kami ke tempat yang dekat air mancur. "Menurut kamu apasih 'hidup' itu?" Tanyaku ke Nathan, "Hidup? Menurutku sih hidup itu kayak sesuatu yang benar-benar harus dijaga. Karna kita udah dikasih hidup sama Tuhan, kita harus selalu jaga itu. Kita harus selalu hati-hati dalam setiap perbuatan kita." "Terus gimana kamu ngejaga hidup kamu itu?" "Kalau aku, dengan aku selalu melakukan hal yang baik dan berfikiran baik. Dalam setiap perbuatan ku, pasti aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Kayak langkah kaki, kalau berjalan atau berlari kita harus berhati-hati. Bisa aja di depan kita ada lubang dan kita bisa terpelosok ke dalam lubang itu" "Aku gak ngerti deh" "Suatu saat kamu bakal ngerti kok" "Oke" "Kalau kamu? Apa menurut kamu 'hidup' itu?" "Hidup? Aku belum tau buatku hidup itu apa. Tapi yang pasti aku benar-benar harus jaga hidupku" "Nah! Yang penting kamu tau intinya hidup itu apa. Jadi kamu harus selalu semangat ngejalanin hidup kamu ya. Jangan pernah nyerah! Jaga hidup kamu baik-baik. Selalu sayangi orang disekitar kamu dan jaga mereka baik-baik" "Pasti Nathan pasti"
Andai Nathan tahu, aku amat sangat menyayanginya. Aku akan terus jaga kamu walaupun keadaanku seperti ini..

<3>

Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Aku sudah siap untuk pulang dan keluar dari kamarku ini, tapi Nathan tak kunjung datang. Biasanya dia datang pagi. Tapi aku sudah menunggunya sekitar dua jam, dia tak datang. Aku telfon juga tidak diangkat. "Ayo Raisa, kita pulang. Kamu gak kangen rumah?" kata Mamah membujukku "Tapi Nathan.." "Mungkin dia sibuk, makanya dia gak datang" benar kata Mamah, mungkin dia sibuk. "Yaudah mah kita pulang" aku dan mamahku pun pulang.
Nathan POV
Hari ini aku membawa seikat bunga merah untuk Raisa, dia akan sangat senang. "Tok tok" aku mengetuk pintu kamar Raisa. Tidak ada yang membukanya, mungkin ibunya sedang tidak ada dan Raisa masih tidur. Akupun langsung masuk. "Loh kok gak ada siapa-siapa?" Gumamku. Kalau sudah pulang kok Raisa tidak mengabariku, kasurnya juga belum dirapihkan. Aku mencoba mencari handphone ku di saku untuk menghubungi Raisa, tapi handphone ku hilang, entah dimana. Aku memutuskan untuk menaruh seikat bunga mawar di meja samping tempat tidurnya juga kartu ucapan di dalamnya. Pasti Raisa akan sangat senang.
Back to Raisa's POV
Sudah seminggu aku kembali ke rumah, dan kembali ke kehidupanku semula. Semuanya sudah kembali seperti biasa, kecuali kakiku. Kakiku ini seperti separuh hidupku, yang hilang.. Sama seperti Nathan dia seperti separuh nafasku yang hilang. Mungkin aku tidak hanya menyayanginya, tapi.. Mencintainya .
Pagi ini aku ingin jalan-jalan sekitar komplek. "Mah aku pergi jalan-jalan" kataku "Gak mau ditemenin?" "Gak usah mah, aku bisa sendiri. Lagi pula cuma jalan-jalan sekitar komplek kok. Paling taman" "Oh yaudah. Take care ya sayang" "Oke mah" akupun keluar rumah sendiri. Aku berjalan ke taman yang ada air mancurnya seperti biasa, membawa buku harianku. Aku duduk di taman dekat air mancur, aku menulis semua curahan hatiku saat ini. Aku menulis sebagian besar tentang Nathan. Aku sedih, mengapa dia tidak kunjung menemuiku. Apa aku hanya angin lalu untuk dia? Mungkin dia hanya anggap aku teman, tidak lebih. Bahkan sahabat pun tidak. Yasudahlah. Aku menutup diaryku dan memandang air mancur di depanku. Samar-samar seperti ada Nathan disetiap air yang jatuh. Tapi mana mungkin dia disini, hanya halusinasiku saja mungkin. Aku mengusap mataku dan mencoba melihatnya lagi. Makin jelas, iya benar itu Nathan. Aku sangat senang akhirnya aku bertemunya lagi. Aku berdiri berniat untuk menghampirinya. Saat aku ingin berlari, namun ada perempuan disampingnya. Mereka sangat akrab. Hatiku sangat hancur, aku.. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku berlari menjauhi taman, menangis, mungkin orang-orang yang melihatku menganggapku gila. Aku berlari terpincang-pincang, aku tak peduli. Sampai rumah aku langsung masuk secepat kaki pincangku ini. "Kamu kenapa nak?" Tanya mamah, aku hanya menggelengkan kepalaku dan masuk ke kamar, menguncinya lalu menyalakan musik sekencang mungkin. Aku tidak ingin mamah dengar aku menangis, dia akan sangat khawatir. "Menyedihkan sekali kamu Raisa, kamu lumpuh! Mana mungkin lelaki seperti Nathan yang hidupnya hampir sempurna mau sama kamu. Mana mungkin dia mau berteman denganmu! Memalukaan" kataku menatap diriku sendiri di cermin. Aku hancur, aku... Tuhaaan, mengapa kau pertemukan aku dengannya kalau akhirnya akan seperti ini? Mengapa kau membuatku menyayanginya sedangakan takdir tidak menyatukan kita? Mengapa Tuhan?!

<3>

Malam ini aku akan menemui seseorang, dia teman chattingku. Aku sudah moving on dari 'orang' itu. Aku sudah tidak ingin lagi kenal dengan dia. Ini sudah sebulan sejak di taman itu, dan sudah sebulan aku tidak ke taman dan melihat air mancur. Aku sudah tidak suka air mancur lagi. Buku harianku juga hilang sejak sebulan yang lalu, entahlah.. Aku juga tidak peduli lagi, karna buku itu hanya bercerita tentang dia. Lagi pula kakiku sudah dapat berjalan seperti biasa, aku dapat kaki palsu, entah dari siapa, dokter hanya bilang dari seseorang yang tidak ingin disebut namanya. Aku berjalan sendiri ke taman dekat rumahku, kata teman chattingku aku harus kesana. Padahal aku sangat muak dengan taman. Aku berjalan melewati beberapa pohon yang berbaris rapi seolah menyambutku, ada kertas bertuliskan sesuatu disetiap pohon yang aku lewati. Di pohon pertama: "Hi Raisa" , pohon kedua: "Apa kabar? Aku harap kamu baik-baik aja" , pohon ketiga: "Selalu tersenyum ya walau hati kamu menangis" , pohon ketiga: "Aku harap kamu akan selalu menjadi air mancur" , pohon keempat: "Yang akan selalu melompat-lompat sesuka hati mereka tanpa beban" , pohon kelima: "semangat ngejalanin hidup kamu ya. Jangan pernah nyerah! Jaga hidup kamu baik-baik. Selalu sayangi orang disekitar kamu dan jaga mereka baik-baik" , pohon keenam: "Jangan pernah lupain aku.." , dan pohon ketujuh: "Maaf aku udah ngecewain kamu.. Ini buat kamu" . Maksudnya apa ini? Siapa yang melakukan ini semua? Nathan? Apa Nathan? Aku melangkahkan kakiku perlahan, mendekati kursi taman di depan air mancur. Ada seikat bunga mawar merah dan buku harianku disana. Aku melihat ucapan di dalam bunga: "Maaf Rai, waktu itu aku ke kamarmu untuk memberikan ini tapi kamu tidak ada dan aku menaruhnya dikamarmu. Maafkan aku juga aku tidak menghubungimu, handphone ku hilang." . Air mataku jatuh tetes demi tetes. "NATHAN! KAMU DIMANAA. JANGAN NGUMPET, AKU TAU KAMU DISINI. JANGAN BERCANDA AKU KANGEN KAMUUU!" Aku berteriak di taman yang sepi itu, tapi Nathan tetap tidak keluar. Aku membuka buku harianku.. Aku lihat lembar demi lembar, lalu aku mendapatkan foto Nathan... Lalu lembar berikutnya ada tulisan: "For my special girl, Raisa.. Hi Rai! How'r u? Aku sangat rindu kamu. Aku mau lihat air mancur lagi bareng kamu. Waktu itu, waktu di taman kenapa kamu pergi dan nangis? Lalu meninggalkan bukumu? Kamu cemburu ya?hehe itu cuma adikku, kami memang sangat akrab. Oh iya aku sudah baca semuanya bukumu, maaf ya aku lancang. Sebagian tentangku ya? Aku senang banget kamu nulis tentang aku. Aku gak tau kalau rumahmu juga disini. Waktu itu aku ingin mengejarmu tapi..." lalu aku buka lembar berikutnya: "tapi saat aku mengejarmu penyakitku kambuh. Iya aku sakit, jantungku sudah kronis. Jadi aku tidak bisa menemuimu. Saat di rumah sakit juga sebenarnya aku yang sakit dan berobat disana bukan adikku, tapi aku tidak pernah memakai baju rumah sakit, itu memalukan hahaha. Maaf aku bohongin kamu. Kata dokter waktuku tidak banyak, jantungku sudah sangat parah, aku tidak tahu kapan aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Mungkin saat ini.." Lembar berikutnya: "Mungkin juga saat kamu lihat lembaran terakhir yang aku tulis ini, aku sudah tiada.. Aku menyuruh temanku untuk membantuku merencanakan ini semua, supaya kamu tidak salah paham lagi sama aku. Maafkan aku meninggalkanmu selamanya Raisa. Aku tidak bermaksud membuatmu sakit, hanya saja aku tidak bisa menentang kehendak-Nya. Rai.. Sebenarnya, aku juga menyayangimu Rai. Aku juga cinta sama kamu, walaupun kita baru kenal beberapa hari. Aku selalu kesini lihat air mancur untuk mengingatmu, mengingat masa-masa indah kita. Kamu jangan nangis yaa.. aku akan selalu ngeliatin kamu kok, dari sini.. Dan disetiap air mancur, anggaplah itu aku, aku yang sudah melompat tanpa beban. Jaga kaki palsu itu baik-baik ya, semoga kamu suka. From Nathan, your best" aku menangis tersedu-sedu. Aku menatap langit yang gelap, mendung, seakan merasakan apa yang aku rasa. Lalu disekitar air mancur ada lampu warna-warni yang menyala bergantian, indah sekali, pasti Nathan juga yang melakukan ini. Sekarang aku sudah mengerti perkataanmu waktu itu Nat, aku juga akan selalu semangat ngejalanin hidup. Gak pernah nyerah! Jaga hidupku baik-baik. Selalu sayangi orang disekitar ku dan jaga mereka baik-baik. Aku tidak akan pernah melupakan itu. Kamu adalah hal terbaik dalam hidup aku, aku akan selalu ceria ngejalanin hari-hariku walau tanpa kamu. Aku akan terus semangat, kayak kamu "Maaf Nat aku gak bisa jagain kamu, orang yang sangat aku sayang. Sekarang aku udah ngerti apa arti hidup, terimakasih buat semuanya.." Bisikku dibawah langit berbintang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAJAK or HACKED or HCKD or...

Demi Lovato's Style

Magang di iNews TV | Curhatan anak magang #1